Jumat, 01 November 2013

Rindu Evis dan “Banyolannya”




Usianya kini sekitar 6 tahun, aku tidak begitu ingat. Teakhir kali bertemu sebelum Lebaran tahun ini. Belum begitu lama, namun rasanya sudah rindu sekali. Ditambah lagi sekarang Evis sudah duduk di bangku sekolah dasar, hal tersebut membuat neneknya memutuskan untuk mengurangi jadwal lesnya. Tentu saja seperti orang tua pada umumnya, yang dipilih untuk berhenti adalah les melukis. Dalam hal financial tentu saja pendapataku berkurang hingga Rp120.000,00 tiap bulannya. Namun yang sangat disayangkan kenapa harus melukis, padahal Evis sedang asik menggunakan kanvas. Aku berharap Evis kini tetap melukis tanpa harus menungguku di ruang tengah sambil bermain PSP seperti kebiasaannya.
Satu hal yang masih membuatku sedih, aku berjanji untuk membuatkan sebuah pameran lukisan kepada Evis, namun hingga kini aku belum merealisasikan hal tersebut. Evis keburu ingin sekolah kelas 1, mungkin dia jenuh di Taman Kanak-Kanak. Kata nenek tercintanya, dia sempat bingung dan heran ketika Evis dapat menggambar dengan baik dan penuh imajinasi di rumah. Sedangkan saat di TK, guru ekstra lukis Evis selalu mengeluh dengan semua gambaran bocah hiper aktif ini. Entah dia dibilang nakal ataupun tidak memperhatikan.
Pengalaman yang kudapat ketika menemani Evis melukis sangatlah banyak. Mulai dari mengajarkan banyak bentuk yang bisa ia gunakan untuk menggambar berbagai macam hal hingga belajar sabar menghadapi banyak pertanyaan yang ia lontarkan. Masih sangat jelas teringat banyak pertanyaan yang ia ajukan kepadaku, dan selalu diulang setiap kali kami bertemu.
“ La kenapa?”
“ Kok bisa?”
“ Ya emangnya kenapa?”
“ Ealaaahhh!”
“ Ya soalnya ini tu….”
“ Mbak atha lama banget!”
“mbak..mbak.. aku tadi gambar ini lo!”
“mbak liat game baruku, nanti kita gambar ini ya!”
Ingin menitihkan air mata rasanya. Benar-benar rindu sekali. Hal yang membuatku sangat bangga adalah seorang pria yang sangat muda pandai mengaplikasikan apa yang dia lihat sehingga menjadi karya seni yang istimewa serta imajinatif. Semua karya Evis mempyunyai cerita yang selalu ia katakana padaku saat ia melukis. Istilahnya melukis sambil bercerita. Ketika mulai menggoreskan kedalam kertas gambar Evis akan mengajakku berbicara tentang pengalamannya hari ini. Lalu bertanya kepadaku apakah dia boleh membuat gambar seperti dalam imajinasinya. Dan tentu saja jawabanku “boleh”.
Seperti ketika aku mengajar di TK, awal mula pertemuan pertamaku dan Evis aku mengajarinya menggambar dengan menggunakan bentuk. Bedanya aku langsung mengajarinya membuat hewan, maklum dia pria dan menurutku seorang anak pria akan lebih menyukai hewan daripada menggambar orang. Hal itu berhasil, Evis begitu menyukainya. Bahkan sang nenek terkejut dengan gambaran cucu nakalnya ini, benar-benar bagus dan lucu. Semakin lama aku membiarkan Evis berimajinasi sendiri, sambil member pengertian kepada sang nenek bahwa Evis mempunyai imajinasi yang tinggi dan tanpa harus kucontohkan dia sudah bisa melakukannya dengan baik. Dari awal pertemuan Evis selalu menunjukkan padaku bahwa dia bisa melukis dengan baik sesuai dengan kemampuannya.
Suatu ketika pria cilik ini pernah kesal denganku. Suasana hatinya sedang tidak baik, dia tidak mau menggambar. Aku dan sang nenek membujuknya untuk menggoreskan apa saja yang ingin dia goreskan. Namun dia tetap diam, aku bertanya padanya apa yang terjadi tapi dia tetap diam. Lalu aku mengajakknya membuat hewan-hewan di laut. Alhasil gurita yang ia gambar bermuka muram. Aku membiarkan apapun yang ingin dilakukannya pada waktu itu. Dia hanya diam dan tak mengajakku berbicara. Kalau tidak salah saat itu dia menanti kiriman PSP yang tak kunjung datang. Satu minggu berlalu setelah kejadian tersebut, dengan wajah sumringah penuh senyum dia memperlihatka hewan laut yang ia gambar kembali dengan raut wajah gembira. Dan benar saja, PSP yang ditunggunya sudah datang beberapa hari yang lalu. 
Berikut adalah dua lukisan Evis dengan tema binatang laut.

gurita yang cemberut


gurita dan teman-teman yang tersenyum.


Beberapa hari setelah liburan semester ganjil, aku menunaikan tugas kembali untuk menemani Evis melukis. Yang membuatku kagum saat itu adalah Evis yang berlari menyambutku dengan membawa selembar kertas berukuran A3 yang penuh warna. Aku yang penasaran mulai mendekat. Ternyata dia baru saja menyelesaikan sebuah gambar yang ia sebut monster dalam film Ultramen yang minggu lalu dilihatnya. Evis juga bercerita bagaimana kuatnya monster itu menghancurkan rumah-rumah yang menurutnya nampak kecil dan mudah roboh. Dengan gaya kekanakannya, Evis mulai memperagakan gaya monster itu ketika menghancurkan gedung-gedung besar. Lalu aku bertanya apakah ada pahlawan yang membasmi monster itu, jawabanya, “ ya Ultramen itu lo mbak yang ngalahin monsternya dibantu sama pesawat-pesawat yang bisa ngeluarin senjata!ciuu..ciuu..ciuu!”
Setalah bercerita panjang lebar, aku mengajaknya untuk memperlihatkan kepadaku seperti apa bentuk Ultramen itu. Dengan lincah Evis menggerakan tangannya dan menggambar sang pahlawan. Tentu saja mulutnya tetap komat-kamit memberitahuku kehebatan pahlawan barunya itu. Komposisi yang apik dan pemilihan warna yang baik sangat terlihat di dua karyanya ini.
Berikut adalah dua karya tersebut.


ultramen dan pesawat bantuannya



monster yang akan menyerang kota
Waktu berlalu begitu cepat. Lebih dari dua belas bulan aku menemani Evis menuangkan imajinasinya. Tanpa kusadari waktuku bersamanya sudah habis. Seperti yang kuceritakan di awal kisah ini, Evis sudah memasuki bangku Sekolah Dasar. Dia diwajibkan harus focus dengan pilihannya tersebut, sedikit bermain dan banyak belajar. Masih teringat ketika dia bilang padaku ingin melihat sirkus dengan banyak binatang yang dibawa kereta-kereta pengankut seperti di film yang ia tonton. Aku hanya berkata padanya bahwa ditempat kita berada sat ini untuk menemukan hewan sirkus beserta keretanya tidak mudah. Karena sirkus disini biasanya diangkut menggunakan kendaraan besar semacam truk. Agak kecewa dengan jawabanku akhirnya dia mulai menuangkannya dalam selembar kertas A3 kesukaannya. Sambil tetap menuangkan imajinasinya Evis bercerita tentang kereta sirkus impiannya. Dia berharap bisa mengendarai kereta sirkus bersama adik perempuannya dan membawa hewan-hewan tersebut keliling dunia. Evis juga menyediakan tempat mandi beserta pohon khusus untu jerapah sirkusnya.
Berkut adalah kereta sirkus milik Evis.
 
evis dan kereta sirkusnya
Di bawah ini adalah beberapa karya Evis yang aku abadikan.

karya pertama Evis

Buah yang disediakan nenek

Jerapah

Bila dicermati kereta Evis memiliki tiga tingkat yang saling menyambung. Bidang geometris yang ia susun keatas menambah apik komposisinya. Gajah yang ia ketahui berbadan besar digambarkannya memiliki ruangan paling luas dari yang lain. Tentu saja yang sangat unik dalam lukisan ini menurutku selain dari segi gambar dan warna adalah hewan-hewan yang dibuat tunggal semua menghadap ke kiri jadi seakan membelakangi masinis. 
Bagaimana menurut pembaca? Monggo komennya ditunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar